Monday, April 4, 2011

Gawat, Pemerintah Tak Hidupi Negara Ini Dengan Produktivitas, Tapi Dengan Menjual Aset Melalui Hutang


Rezim pemerintahan SBY-Boediono kian hari kian diragukan kualitas dan keberpihakannya pada rakyat. Rezim ini dinilai hanya pandai melakukan manipulasi dan pencitraan agar nampak baik d hadapan publik.

Salamuddin Daeng dari Instite Global Justice (IGJ), menyoroti dua manipulasi yang telah dilakukan rezim SBY-Boediono. Pertama, manipulasi keuangan Negara untk mengisi kantong kekuasaan, dan kedua, manipulasi indicator kesejahteraan dalam rangka pencitraan politik.

Manipulasi keuangan negara dilakukan dengan memperbesar  keuangan pemerintah dengan cara mencetak surat hutang hingga mencapai USD 54,308 milyar (Rp 488,77 triliun).Selama 6 tahun terjadi peningkatan Surat Berharga Negara 156,40%. Inilah penyebab terjadi peningkatan devisa negara secara tajam , dimana 92,7% dari devisa USD 89,032 miliar pada Jan 2011, bersumber dari Surat Hutang.

Surat hutang tersebut digunakan untuk membiayai APBN (antara lain: gaji, stimulus keuangan dan perdagangan bagi PMA) dan membiayai impor,termasuk impor pangan yang marak dalam 6 tahun terakhir.Peningkatan APBN (2004-2010) terdapat peningkatan penerimaan Rp 452,27 triliun sebagian berasal dari penjualan surat berharga negara (Rp 488,77 triliun tsb diatas).

Pada saat yang sama penerimaan dari Sumber Daya Alam (SDA) mengalami penurunan. Jadi pemerintahan ini tidak menghidupkan negara dari produktivitas tapi dari menjual aset-aset negara melalui hutang.
Sementara pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat dipasok dari sumber-sumber impor (16 komponen impor senilai 3,2 milyar USD). Akibat serangan produk-produk impor ini, maka pengangguran dan kemiskinan meningkat. Namun angka-angka kemiskinan dan pengangguran juga dimanipulasi. Indikator orang miskin diturunkan, yang seharusnya 2USD/hr/kapita sesuai standar Bank Dunia, menjadi Rp 7.200. Sementara orang bekerja 8 jam perhari (menurut UU) tetapi yang kerja 1 jam perminggu dianggap bukan penganggur


Sumber :
rimanews.com

No comments:

Post a Comment